Selasa, 13 Mei 2014

WALI SONGO

                        BAB 1

KEBIJAKSANAAN MAULANA MALIK IBRAHIM DALAM BERDA'WAH

Menurut dari beberapa sumber sejarah, bahwasanya syaikh maghribi, juga banyak orang menamakan kakek bantal, adalah seoran tokoh ulama' yang ahlu tata negara berasal dari negeri turki.
Dalam riwayat lain, beliau berasal dari gujarat dan ada yang mengatakan dari iran serta ada juga yang mengatakan dari arab, beliau masih keturunan Zainul abidin bin hasan bin ali bin abi thalib r.a.
Pada tahun 1404 M, beliau menyiarkan agama islam di pulau jawa, menetap di gresik dan wafat pada hari senin tanggal 12 rabi'ul awal tahun 822 H. atau bertepatan dengan tahun 1419 M , kemudian dimakamkan di gresik pula.

Ketika itu masyarakat jawa mayoritas masih beragama hindu dan budha maka tentu saja untuk menyampaikan islam kepada mereka harus membutuhkan pengalaman yang cukup dan kebijaksanaan serta kesabaran.

Demikian juga syaikh maulana malik ibrahim yang menyampaikan islam kepada mereka itu, melakukannya dengan sangat berhati-hati , penuh kebijaksanaan dan lebih dahulu beliau mengadakan pendekatan terhadap segala lapisan masyarakat.

Agama dan ada istiadat mereka, tidak ditentang dengan begitu saja, begitu memperkenalkan keluhuran budi pekerti yang diajarkan islam.secara langsung beliau memberi contoh dalam masyarakat akan tutur kata yang sopan,lemah lembut , santun pada fakir miskin , menghormati kepada yang lebih tua dan menyayangi yang muda .

Karena demikian, sehingga kalangan rakyat kecil beliau tersohor sebagai seorang yang berbaik budi dan dermawan . Itulah cara beliau menyiarkan islam dimulai dari golongan bawah yang kemudian sampai kepada mereka yang bertingkat atas.

Lain halnya dengan agama hindu misalnya, datang dari india ke Indonesia adalah untuk keperluan istana, seperti untuk pembuatan candi yang merupakan aktivitas keraton, upacara istana dan untuk kepentingan kerajaan. Karena itu agama hindu hanya berpengaruh pada kalangan atas saja. Sedangkan rakyat bawahan tidak begitu merasakannya.

Maka itulah Syaikh maulana malik ibrahim telah mengkajinya dan berarti beliau memasukan islam lebih dahulu kepada orang yang belum terisi, dengan sistem demikian, maka mudahlah masyarakat menerima apa yang ditunjukan oleh beliau, yakni agama islam.

Lebih-lebih beliau sering menjelaskan didalam islam tidak ada perbedaan diantara manusia , semuanya sama saja bagaikan anak sisir, dan rakyat kecil saling bergaul dan berhubungan dengan orang yang bagaimanapun tinggi kedudukannya , bagi Islam diperbolehkan.

Mendengar penjelasan itu, orang-orang yang direndahkan oleh hindu, semuanya menjadi puas dan bangga, karena merasa mempunyai pembela atas hak asasinya sebagai manusia. Maka itu tidak ada keajaiban kalau mereka dengan segera berbondong-bondong menyatakan masuk Islam dengan sukadan rela hati.

Pada suatu hari Syaikh maulana malik ibrahim mendengar berita tentang bencana yang melanda disuatu daerah, maka beliau mengajak lima orang muridnya untuk meninjau kesana. Sesampainya di satu tempat yang dituju, beliau berkeliling dan membagi-bagikan bantuan/sedekah kepada mereka yang menderita.

Setelah itu meneruskan perjalanannya mencari-mencari barang kali masih ada masyarakat didaerah lainnya yang perlu untuk dibantu, akhirnya beliau sampailah di satu tempat dimana manusia berkerumun di sekeliling suatu panggung terbuat dari tumpukan batu.
Diatas panggung batu itu tampak seorang gadis ayu berpakaian serba putih sedang meronta-ronta ingin melepaskan diri dari pegangan dua orang lelaki yang bermuka nampak kejam dan berperawakan kekar sedang dihadapannya berdiri seorang pendeta tua dengan bertongkat.
Melihat semua itu.., Syaikh maulana malik ibrahim beserta kelima muridnya pergi mendekat ingin tau apa yang dikerjakan orang-orang yang berkerumun itu. Setelah berada di tempat itu. Beliau menanyakan hal itu kepada salah seorang penduduk dalam rombongan itu.
Maka orang itu pun menceritakan dengan panjang lebar, bahwa gadis yang dikenakan pakaian putih hendak dibunuh oleh pendeta tua itu perlu dipersembahkan kepada dewata penguasa hujan, agar musim kemarau yang panjang ini diganti dengan musim hujan.
Mendengar cerita itu, Syaikh maulana malik ibrahim hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja, sedang hatinya berkata kejamnya kedhaliman (aniya) itu, inilah perbuatan yang dilakukan mereka yang belum mengenal tuhan alam semesta.
Karena demikian suara hatinya, sehingga seolah-olah berdesing ditelinga Beliau sabda nabi Muhammad S.A.W yang berbunyi

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ -ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ -ﻪﻨﻋ ﻗﺎﻝ: ﺳﻤﻌﺖ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ
ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ
ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ ، ﻭﺫﻟﻚ ﺃﺿﻌﻒ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ

Artinya:
Barang siapa diantara kamu meligat kemungkaran, maka harus kamu merubah dengan tangannya, apabila tidak kuasa, maka harus dengan lisannya, makabila tak kuasa dengan lisan, harus dengan hati saja, itulah serendah-rendahnya iman. (H.R. muslim)

Ketika itu sang pendeta sudah siap hendak menghujamkan sebilah belati mengkilat keputih-putihan kejantung si gadis yang sedang dilentangkan di atas tumpukan batu-batu itu.
Sebenarnya gadis itu merasa ketakutan dan tidak mau untuk dijadikan korban kekonyolan itu, ia hendak berteriak..., sedang mulutnya dalam keadaan tersumbat dan terbungkam kain yang kedua ujungnya diikatkan dibelakangnya, dia hanya bisa berbuat meronta-ronta yang tak ada artinya, karena kedua kaki dan tangannya dipegang erat-erat oleh kedua lelaki yang bertenaga kuat itu.
Maka itulah Syaikh maulana malik ibrahim segera bersaha mencegahnya dari kejahuan dengan mengutarakan kata-kata cegahan, agar pendeta itu tidak jadi membunuh si gadis tersebut.
Menurut cerita.., pendeta yang mendapat cegahan dari Syaikh maulana malik ibrahim itu, ternyata acuh saja, ia terus menghujamkan belatinya kearah jantung gadis tadi, tetapi benar-benar pendeta itu menjadi terkejut.., ketika ujung belati itu hampir sampai pada tujuannya, terasa berat untuk menekankan belatinya seolah-olah terhalang oleh lempengan besi baja yang tebal.
Pendeta yang merasakan keganjilan itu menyadari, ia pun mencoba mengerahkan kekuatan batinnya untuk menembusnya. Saat itu pula tiba-tiba saja tangannya menjadi tak berdaya lagi. Maka ia pun berdiri menatapi sekeliling orang-orang yang berkerumun itu. Semua orang yang ada ditempat itu tertegun keheranan dan tak habis mengerti, mengapa tiba-tiba sang pendeta membatalkan niatnya untuk membunuh gadis itu. Padahal upacara sudah disepakati.
akhirnya pendeta itu menenggerkan pandangannya kepada Syaikh maulana malik ibrahim yang berdiri besama kelima muridnya dibelakang orang-orang yang berkerumun itu. Kemudian pendeta itu mengumpat habis-habisan kepada Beliau dan dikatakan orang asing yang tak tau diri, apa maksudnya sehingga berani mengganggu jalannya upacara mereka.
Dengan tenang, Syaikh maulana malik ibrahim beserta kelima muridnya maju kedepan orang-orang yang berkerumun serta mohon ma'af sebelumnya dan mengatakan sebenarnya Beliau sedikitpun tidak ingin mengganggu, dan Beliau pun menanyakan apa maksud dan tujuan upacara ini diadakan.
Kemudian Pendeta itu Dengan kecongkakan memberikan keterangan sebagaimana cerita salah seorang yang berkerumun itu, dan Setelah Syaikh maulana malik ibrahim menanyakan sudah berapa banyak gadis yang menjadi korban serta adakah hujan pernah turun, maka orang-orang yang berkerumun menjawab serentak mengatakan bahwa upacara pengorbanan gadis sudah tiga kali ini, sedang hujan belum juga mau turun.
Mendengar jawaban rakyat.., sang pendeta menentang Dengan mengatakan bahwa pengorbanan yang baru dua kali itu masih belum memenuhi persyaratan bagi dewa penguasa hujan. Tetapi seandainya ditambah satu lagi, maka dewata akan mengabulkan dan pasti hujan diturunkan.
Syaikh maulana malik ibrahim berkata: adakah masih akan kalian teruskan untuk mencari korban, jikalau sudah genap tiga kali belum juga turun hujan,,,,?
Pendeta itu menatap Dengan penuh kebencian sambil berkata : hai kau orang asing,,, ! Ada apa kau ikut campur urusan kami...
Kemudian ia menyuruh kedua pengikutnya untuk menangkap dan menghajar Syaikh maulana malik ibrahim.
Dengan cepat kedua orang itu bergerak hendak menangkapnya dan Tetapi ketika baru tiga langkah bergerak, tiba-tiba kakinya tidak kuat untuk berjalan, akhirnya meringis kesakitan dan berjongkok Dengan  memegang kakinya yang sakit itu.
Melihat kejadian ini.. sang Pendeta semakin menjdi marah dan berkata: hai orang asing...! Apa maksud mu untuk melakukan semua ini ..? Sedang sebelumnya kami tidak pernah mengganggumu .
Syaikh malik menyahut: ma'af pak tua,,, sebenarnya saya tidak mengganggu , justru itu saya bersama kelima muridku ingin memberikan pertolongan kepada kalian.
Sahut Pendeta : pertolongan apa,,? Kau jangan berlagak seperti dewa saja. Kemampuan apa yang  dapat kau sumbangkan kepada kami he,,,!
Kami membutuhkan hujan tuan,,,,!! Sahut masyarakat dengan serentak. Setelah mendengar permintaan orang-orang itu, maka Syaikh malik mengatakan Insya-Allah akan mengabulkan dan dengan catatan bila hujan terjadi turun agar membebaskan anak gadis itu .
Mula-mula Pendeta itu tidak menyetujui perjanjian itu, tetapi orang banyak menyetujui, baiklah...!! Tetapi sebaliknya, bila ternyata kau tidak bisa menurunkan hujan, maka selain anak gadis  ini , kami semua akan membunuhmu bersama kelima rewang mu itu.
Jawab malik : silahkan,,,, saya tidak akan menolak kehendak kalian terhadap kami berenam, Setelah itu Syaikh malik bersama kelima muridnya melakukan sembahyang (sholat) sunnah minta hujan dua raka'at. Baru saja sembahyang dua raka'at dan khutbah dirampungkan, nampaklah dilangit awan hitam menebal berjalan ke daerah mereka dan saat itu pula turunlah hujan dengan lebatnya.
Horeeee,,,,,!! Sorak orang-orang yang ada disitu karena kegirangan. Tetapi melihat kenyataan itu, Pendeta dan kedua pengikutnya yang setia itu hatinya mendongkol karena iri, sehingga tanpa berkata-kata lagi mereka bertiga pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah hujan mereda, semua orang di tempat itu tiba-tiba dengan serentak bersujud dihadapan Syaikh maulana malik ibrahim.
Melihat itu tentu saja hatinya tidak senang, maka beliau dengan selekasnya menyuruh orang-orang itu untuk bangun dan diberitahukan kepada mereka bahwasanya tidak boleh menyembah sesamanya, karena semua manusia itu sama saja.
Maka mereka pun bangun dan mengucapkan rasa terima kasihnya serta mereka benar-benar mohon agar sukalah Syaikh malik mengajarkan ilmu untuk menurunkan hujan yang tanpa memerluhkan korban manusia.
Syaikh malik ibrahim mengatakan bahwa ilmu itu hanya ada pada agama Islam, maka kalau benar-benar kalian ingin mempelajari ilmu menurunkan hujan tanpa mengorbankan gadis, kalian harus mengenal agama Islam Lebih dahulu.
Setelah ditanyakan adakah mereka bersedia, dengan serentak mereka menyatakan sanggup untuk memeluk agama Islam.
Sejak itulah mereka berbondong-bondong menjadi murid
Syaikh maulana malik ibrahim

                     WASSALAM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar